Resensi novel Kau, Aku dan sepucuk Angpau
Identitas Buku
Judul : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Halaman : 507 halaman
Cetakan : ke-1
ISBN :978-979-22-7913-9
Sinopsis
Hidup memang sebuah perjuangan. Setidaknya itulah yang dialami oleh tokoh utama novel ini, Borno. Terlahir dari keluarga seadanya, Borno harus menerima kenyataan di usia remaja tanggung bahwa sang Bapak yang merupakan tulang punggung keluarga meninggal karena tersengat ubur-ubur ketika mengemudikan sepit, sejenis rakit modern di sungai Kapuas.
Rupanya dari meninggalnya sang ayah inilah Borno berkenalan dengan Mei, anak dokter kaya yang melakukan operasi bedah jantung pada Ayahnya. Borno menjadi pengemudi sepit setelah mencoba berbagai jenis pekerjaan kasar. Baginya kemandirian adalah harga mati yang harus diperjuangkan. Setiap pagi Borno bertemu mei, yang secara misterius selalu datang pada jam tertentu ketika Bormo menarik sepit. Perkenalan berlangsung tidak sengaja, tapi sebenarnya sudah disetting Mei.
Borno selalu ingin mengetahui segala sesuatu tentang Mei, sedangkan Mei amat tertutup dan penuh misterius. Sikapnya amat mengundang rasa penasara n Borno. Di tengah rasa penasaran itulah, hadir pak tua dengan perannya sebagai teman sekaligus penasehat Borno. Borno diingatkan untuk tetap melanjutkan kehidupan dan tidak keras kepala terhadap cerita hidupnya di kemudian hari.
Beberapa kali Mei hilang dan bahkan pergi jauh ke Surabaya membuat Borno jadi kehilangan arah. Beruntung dia punya pak tua, Andi dan Bapaknya yang kemudian menjadi tempat penemuan bakat besar Borno. Ternyata dia sangat berbakat dalam bidang permesinan. Maka terjunlah Borno ke dunia bengkel sampai bisa mempunyai bengkel sendiri di jalan strategis di Pontianak, hasil kongsi dengan bapak Andi.walau perjalanan tak selalu mulus, karena Borno pernah ditipu habis-habisan oleh penjual bengkel.
Di akhir cerita barulah Borno tahu cerita sebenarnya. Bahwa ibu Mei lah dokter yang melakukan operasi bedah jantung pada bapaknya. Sebuah operasi yang tidak perlu, namun ibu Mei terbutakan oleh gengsi dan prestasi. Akibatnya nyawa bapak Borno melayang, padahal ibu Mei sebetulnya sanggup menyelamatkannya. Dan Sarahlah anak bapak yang terselamatkan nyawanya dengan donor jantung tersebut. Sepucuk Angpau merah yang dijatuhkan pada pertemuan pertama itulah yang memberitahukan segalanya. Tapi Borno baru tahu setelah beberapa tahun, setelah rasa penasaran dengan sikap Mei yang mengulur-ngulur.
Borno tetap memilih Mei meskipun dia tahu kenyataan yang sebenarnya. Bahkan walaupun Sarah, dokter gigi tersebut tampil menarik dan luwes di hadapan Borno. Dengan dukungan psikologis Pak Tua, Borno berhasil mencapai sukses dalam karirnya, membangun bengkel di kawasan strategis dan melanjutkan kuliah lagi di bidang Teknik Mesin.
Kelebihan (sekaligus amanat)
Novel ini mengajak kita untuk bekerja keras dan mandiri, sebuah karakter yang mulia namun tak semua orang memilikinya. Dalam bekerja keras tersebut, pencarian bakat terbesar dimulai, hingga dengan tak gengsi-gengsi menjalani berbagai pekerjaan sampai menemukan yang pas. Tokoh utama diceritakan juga sebagai orang yang punya rencana dan berani membuat rencana di tengah keterbatasan.
Profesi montir dan pengemudi sepit merupakan profesi yang diangkat dalam novel ini. , yang sudah familiar kita ketahui. Di samping profesi dokter yang sudah familiar bagi orang kebanyakan. Ini menarik sekali, sebab 2 profesi ini adalah profesi yang jarang dilirik orang. Dengan gaya penceritaan yang detaik. Tere Liye mengungkapkan pada kita. Hingga banyak sekali wawasan dalam bidang permesinan yang kita ketahui kemudia. Untuk orang yang tidak mempunyai basic teknik mesin (baca;mempunyai basic ilmu ekonomi), pastilah penulisnya telah melakukan survey yang total sebelum menulis, hingga terhindar dari penulisan yang asal dan sok tahu. Survey, bagaimanapun adalah hal penting untuk mencapai akurasi isi novel.
Disamping itu, novel ini juga banyak mengajarkan nilai-nilai kehidupan. Layaknya novel-novel yang lain, selalu berkesan di jiwa pembacaya karena menyorot kehidupan dengan segala realitasnya. Tentang kisah pencari kerja, tentang kehidupan para pengemudi sepit yang mulai terpinggirkan, tentang bagaimana menghargai persahabatan, juga bagaimana membuat berbagai aktifitas positif di tengah kondisi yang serba tidak jelas yang seringkali mendorong pada perasaan negative.
Sarat dengan nilai budaya, itu juga menjadi ciri khas novel. Menarik karena mengemukakan asal-usul kota Pontianak. Juga penceritaan tentang gegrafisnya yang berdekatan dengan Malaysia dan Brunei. Aspek cultural ini cukup kental dalam novel, termasuk daerah-daerah yang menjadi setting penceritaan novel. Didukung dengan penceritaan yang hidup, maka seakan-akan pembaca berkelanan sendiri di sungai Kapuas dan berbagai tempat yang menjadi setting novel ini. Jika di dalam novel ada perjalanan menuju Malaysia, maka seakan-akan si pambacanya sendiri yang berkelana mengunjungi jalan-jalan dan kota di Malaysia.
Kelemahan
Disamping berbagai kelebihan yang ada, novel ini juga mempunyai beberapa kelemahan. Proses penceritaan yang terlalu detail dan panjang membuat pembaca bisa kelelahan membaca, terutama bagi yang kurang sabar. Terkadang beberapa kalimat mengalami pengulangan-pengulangan hingga dikhawatirkan mengundang rasa bosan dari pembaca. Satu lagi, konflik-konflik dalam novel ini juga kurang menggigit, hingga minim kejutan-kejutan yang mengundang adrenalin. Alangkah lebih baik jika halamannya kurang dari yang sekarang. Dan konflik lebih menggigit, seperti konflik yang terjadi pada kasus rujuk Togar-Unai yang terasa lebih seru daripada konflik Borno.
Mengapa layak Dibaca?
Terlepas dari berbagai kelemahan yang ada, novel ini cocok dibaca oleh kalangan umum dewasa. Sebagai novel yang terkategori novel dewasa, novel ini hadir sebagai variasi atas novel-novel dewasa Indonesia yang melulu membicarakan cinta. Sebab cinta yang disampaikan dalam novel ini adalah cinta yang berbentuk perbuatan. Novel ini sangat inspiratif karena menghargai kerja keras dan perjuangan dalam mendapatkan keberhasilan.
Buku-buku Tere Liye selalu mengambil ciri khas yang berbeda; bagaimana memaafkan diri sendiri, berdamai dengan situasi, dan melakukan yang terbaik di tengah kondisi yang buruk sekalipun. Jika dibaca buku-buku novel penulis selain buku ini, dengan mudah kita akan menemukan kesamaan-kesamaannya. Apa yang diceritakan dalam novel ini sesungguhnya adalah nilai-nilai kehidupan yang sejatinya setiap orang membutuhkan, namun diselipkan dengan cerdas dalam permasalahan tokoh-tokohnya. Mengambil pelajaran hidup dari novel ini, tentu membuat pembaca jadi lebih dewasa, apalagi yang mengalami permasalahan serupa.
Penokohan
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam novel adalah
Borno: pengemudi sepit, si bujang mandiri, punya harga diri yang tinggi, berbakat dalam bidang permesinan, dalam novel dikisahkan sebagai tokoh utama yang punya rasa suka pada Mei, gadis misterius
Mei : Misterius, senantiasa berwajah sendu, tertutup, gadis anak dokter ternama, berjiwa pengajar.
Pak Tua : Bijaksana, berpengalaman luas, santai, penuh kejutan, tokoh yang banyak menginspirasi Borno, sesuai usianya sudah tua, membujang sampai tua.
Togar : Keras kepala, berjiwa penguasa, tokoh yang berpengaruh di kalangan para penarik sepit, menikah dengan anak suku terpencil di pedalaman Kalimantan
Sarah : Ceria, to the point, gadis vulgar, dokter gigi kaya, berjiwa dermawan, pandai membalas budi
Andi : Konyol, santai, loyal pada sahabat, bekerja di bengkel bapaknya sebagai asisten
Daeng bapak Andi : berjiwa wirausaha, super optimis namun juga mudah down ketika dapat masalah, mandiri, fair.
Selain itu juga ada peran pendamping : Jauhari, Jupri, pak Sihol, petugas timer sepit, Ibu Borno, Bibi pembantu di rumah Mei, Unai istri Togar dan lain-lain.
Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju mundur.